Sabtu, 06 Oktober 2012

Pura Pusering Jagat


Pura Pusering Jagat
Posted on 7 oktober 2012 oleh dode arkeo 2011

Lokasi
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. Jaraknya dari kota Denpasar kurang lebih 26 km, sedangkan dari ibu kota kabupaten kurang lebih 6 km. Pura terletak di sebelah barat jalan raya jurusan Tampaksiring dan tempatnya menghadap ke barat sehingga untuk mencapainya melalui jalan kecil di sebelah utara pura. Di sebelah selatannya terdapat Pura Kebo Edan dan agak ke utara sedikit terdapat Pura Penataran Sasih yang terkenal dengan peninggalan purbakala yang bernama “nekara perunggu” dimana oleh masyarakat setempat sering disebut bulan yang jatuh dari langit.

Secara etimologis kata Pusering Jagat berarti, puser = pusat dan ing menunjukkantempat, sedangkan kata jagat berarti dunia atau bumi. Arti selengkapnya adalahtempat pusatnya dunia. Pemberian nama seperti tersebut di atas sesuai dengan nama palinggih yang diketemukan pada pura tersebut yaitu “Gedong Purus”. Dalam gedong ini ditemukan dua jenis peninggalan phallus dan bentuk vulva yaitu simbolis kemaluan laki-laki dan perempuan. Pertemuan antara kedua unsur tersebut akan dapat menciptakan sesuatu ciptaan di dunia ini. Di Bali unsur laki-laki ini disebut purusa dan unsur perempuan disebut predhana.

Sejarah Pura
Kiranya cukup sulit untuk menentukan sejarah berdirinya Pura Pusering Jagat secara pasti mengingat tidak tersimpannya “purana” atau “prasasti” pada pura ini. Berdasarkan analisa perbandingan dengan peninggalan-peninggalan purbakala yang terdapat di lain pura dan sumber tradisional lontar maka dapatlah diduga sejarah pendiriannya pura ini.
Menurut dugaan sementara Pura Puser Tasik adalah identik dengan Pusering Jagat yang ada sekarang dan terletak di desa Pejeng. Menurut para ahli dan para sulinggih dikatakan bahwa Lontar Kusumadewa dibuat oleh Mpu Kuturan yang hidup pada jaman pemerintahan Prabu Airlangga di Jawa Timur 1019-1042 M dan kemudian beralih ke Bali atas permintaan Raja Udayana, guna menertibkan kehidupan keagamaan dan tata kemasyarakatan di Bali. Pada jaman Bali Kuna ada dugaan pusat pemerintahan terletak di sekitar Desa Bedaulu dan Pejeng, karena itu tidak mengherankan apabila di pejeng dibangun pura pusat kerajaan. Kemudian pada jaman Dinasti Sri Kresna Kepakisan pusat pemerintahan berpindah ke Samprangan. Apabila perkiraan ini benar maka pertengahan abad ke-11 Pura Pusering Jagat sudah didirikan sebagai pusat Kerajaan yang terletak di Pejeng.
Sebagai sumber yang kedua adalah penemuan angka tahun candrasangkala pada Sangku Sudamala dalam bentuk kronogram sebagai berikut :
§  gambar bulan sabit (bernilai 1)
§  sebuah mata (bernilai 2)
§  panah (bernilai 5)
§  dan manusia (bernilai 1)
Dengan demikian kronogram ini melukiskan angka tahun saka 1251 (1329 M). Yang memerintah pada tahun ini di Bali adalah Raja Sri Astasuraratnabhumibanten. Kemungkinan pada masa pemerintahan Sri Astasura, Pura ini masih tetap mendapat perhatian raja dan diperluas dengan beberapa bangunan suci. Akhirnya 14 tahun kemudian datanglah ekspedisi militer Majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada dan berakhirlah riwayat kerajaan Bali Kuna

Peninggalan Purbakala
Pura ini tergolong cagar budaya yang penting karena di dalamnya banyak tersimpan peninggalan purbakala yang tergolong masa sejarah (historic archaelogy). Beberapa peninggalan tersebut adalah berupa : pahatan phallus dan vagina, sangku sudamala dan arca caturkaya. Penjelasan masing-masing peninggalan tersebut, adalah sebagai berikut :

Pahatan phallus
Pahatan ini tersimpan pada sebuah palinggih (bangunan suci) yang bernama : Gedong Purus atau Gedong Kemaluan. Pahatan ini melukiskan dua jenis kemaluan yakni kemaluan laki-laki dan kemaluan perempuan. Kedua pahatan ini tidak lain adalah lingga dan yoni hanya perwujudannya lebih bersifat naturalis. Di dalam filsafat kedua wujud tersebut disebut dengan nama purusa (laki-laki) dan predhana (perempuan).
http://sudiatmika.com/wp-content/uploads/2012/04/Pusering-Jagat4.jpg
Pahatan sangku sudamala
Perkataan sangku sudamala mengandung arti sangku artinya tempat tirta (air suci),suda berarti penyucian dan mala berarti kotoran. Arti lengkapnya adalah tempat air suci yang menyucikan dari kotoran. Yang dimaksud dengan kotoran disini adalah kotoran dalam arti spiritual seperti : rasa dengki, iri hati, loba, marah dan lain-lainnya.




Arca Catur Muka
Perkataan catur muka berarti catur = empat dan muka = muka. Arti lengkapnya adalah arca dengan empat muka. Tempat penyimpanan arca ini disebut GedongAgung Catur Muka. Menurut ilmu seni arca dijelaskan bahwa arca yang bermuka empat disebut arca Brahma. Pada gedong ini juga terdapat peninggalan purbakala lainnya seperti arca Ganesa, arca perwujudan dan lain-lain.
http://sudiatmika.com/wp-content/uploads/2012/04/Pusering-Jagat5.jpg
Demikian paparan tentang Pura Pusering Jagat yang ada di Kabupaten Gianyar. Jika ada yang salah dalam penulisan nama, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Bila ada masukan, kami tunggu masukannya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar