Pura Pusering Jagat
Posted on 7 oktober 2012 oleh dode arkeo
2011
Lokasi
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng,
Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. Jaraknya dari kota Denpasar kurang
lebih 26 km, sedangkan dari ibu kota kabupaten kurang lebih 6 km. Pura terletak
di sebelah barat jalan raya jurusan Tampaksiring dan tempatnya menghadap ke
barat sehingga untuk mencapainya melalui jalan kecil di sebelah utara pura. Di
sebelah selatannya terdapat Pura Kebo Edan dan agak ke utara sedikit terdapat
Pura Penataran Sasih yang terkenal dengan peninggalan purbakala yang bernama “nekara
perunggu” dimana oleh masyarakat setempat sering disebut bulan yang jatuh
dari langit.
Secara etimologis kata Pusering Jagat berarti, puser
= pusat dan ing menunjukkantempat, sedangkan
kata jagat berarti dunia atau bumi.
Arti selengkapnya adalahtempat pusatnya dunia. Pemberian nama seperti
tersebut di atas sesuai dengan nama palinggih yang diketemukan pada pura
tersebut yaitu “Gedong Purus”. Dalam gedong ini ditemukan dua jenis
peninggalan phallus dan bentuk vulva yaitu
simbolis kemaluan laki-laki dan perempuan. Pertemuan antara kedua unsur
tersebut akan dapat menciptakan sesuatu ciptaan di dunia ini. Di Bali unsur
laki-laki ini disebut purusa dan unsur perempuan disebut predhana.
Sejarah Pura
Kiranya cukup sulit untuk menentukan sejarah berdirinya Pura
Pusering Jagat secara pasti mengingat tidak tersimpannya “purana” atau
“prasasti” pada pura ini. Berdasarkan analisa perbandingan dengan
peninggalan-peninggalan purbakala yang terdapat di lain pura dan sumber
tradisional lontar maka dapatlah diduga sejarah pendiriannya pura ini.
Menurut dugaan sementara Pura Puser Tasik adalah identik dengan
Pusering Jagat yang ada sekarang dan terletak di desa Pejeng. Menurut para ahli
dan para sulinggih dikatakan bahwa Lontar Kusumadewa dibuat oleh Mpu Kuturan
yang hidup pada jaman pemerintahan Prabu Airlangga di Jawa Timur 1019-1042 M
dan kemudian beralih ke Bali atas permintaan Raja Udayana, guna menertibkan
kehidupan keagamaan dan tata kemasyarakatan di Bali. Pada jaman Bali Kuna ada
dugaan pusat pemerintahan terletak di sekitar Desa Bedaulu dan Pejeng, karena
itu tidak mengherankan apabila di pejeng dibangun pura pusat kerajaan. Kemudian
pada jaman Dinasti Sri Kresna Kepakisan pusat pemerintahan berpindah ke
Samprangan. Apabila perkiraan ini benar maka pertengahan abad ke-11 Pura Pusering
Jagat sudah didirikan sebagai pusat Kerajaan yang terletak di Pejeng.
Sebagai sumber yang kedua adalah penemuan angka tahun
candrasangkala pada Sangku Sudamala dalam bentuk kronogram sebagai berikut :
§ gambar bulan sabit (bernilai 1)
§ sebuah mata (bernilai 2)
§ panah (bernilai 5)
§ dan manusia (bernilai 1)
Dengan demikian kronogram ini melukiskan angka tahun saka 1251
(1329 M). Yang memerintah pada tahun ini di Bali adalah Raja Sri
Astasuraratnabhumibanten. Kemungkinan pada masa pemerintahan Sri Astasura, Pura
ini masih tetap mendapat perhatian raja dan diperluas dengan beberapa bangunan
suci. Akhirnya 14 tahun kemudian datanglah ekspedisi militer Majapahit dibawah
pimpinan Gajah Mada dan berakhirlah riwayat kerajaan Bali Kuna
Peninggalan Purbakala
Pura ini tergolong cagar budaya yang penting
karena di dalamnya banyak tersimpan peninggalan purbakala yang tergolong masa
sejarah (historic archaelogy). Beberapa peninggalan tersebut adalah
berupa : pahatan phallus dan vagina, sangku
sudamala dan arca caturkaya. Penjelasan masing-masing peninggalan tersebut,
adalah sebagai berikut :
Pahatan phallus
Pahatan ini tersimpan pada sebuah palinggih
(bangunan suci) yang bernama : Gedong Purus atau Gedong
Kemaluan. Pahatan ini melukiskan dua jenis kemaluan yakni kemaluan
laki-laki dan kemaluan perempuan. Kedua pahatan ini tidak lain adalah lingga
dan yoni hanya perwujudannya lebih bersifat naturalis. Di dalam filsafat kedua
wujud tersebut disebut dengan nama purusa (laki-laki) dan predhana (perempuan).
Pahatan sangku sudamala
Perkataan sangku sudamala mengandung arti sangku artinya tempat
tirta (air suci),suda berarti penyucian dan mala berarti kotoran.
Arti lengkapnya adalah tempat air suci yang menyucikan dari kotoran.
Yang dimaksud dengan kotoran disini adalah kotoran dalam arti spiritual seperti
: rasa dengki, iri hati, loba, marah dan lain-lainnya.
Arca Catur Muka
Perkataan catur muka berarti catur =
empat dan muka = muka. Arti lengkapnya adalah arca
dengan empat muka. Tempat penyimpanan arca ini disebut GedongAgung
Catur Muka. Menurut ilmu seni arca dijelaskan bahwa arca yang bermuka empat
disebut arca Brahma. Pada gedong ini juga terdapat peninggalan purbakala
lainnya seperti arca Ganesa, arca perwujudan dan lain-lain.
Demikian paparan tentang Pura Pusering Jagat yang ada di
Kabupaten Gianyar. Jika ada yang salah dalam penulisan nama, kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Bila ada masukan, kami tunggu masukannya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar